Dahulu
ketika jama kerajaan, ada seorang janda beranak dua, laki-laki dan perempuan.
Pada waktu itu Danau Bratan belum ada. Singkat
cerita, sang ibu mempunyai hubungan dengan siluman ular besar, atau ular Naga yang berdiam di dalam
lubung padi di dekat rumahnya. Lama kelamaan sang anak mulai menaruh curiga,
kenapa ibunya setiap pulang dari hutan selalu naik ke lumbung.
Pada suatu
saat, ketika ibunya pergi ke hutan, dia naik ke lumbung. Di dalam lumbung
dilihatnya ada tumpukan telur yang ukurannya lebih besar dari telur ayam. Di
tengah tumpukan telur tersebut terdapat sebuah telur aneh. Telur tersebur
diambil dan dimasak lalu dimakan oleh anaknya yang laki.
Seketika
wujud kakaknya berubah menjadi ular. Karena kuatir akan menimbulkan keributan
di dalam kampung, mereka pergi ke hutan mencari ibu mereka. Lalu oleh sang
adik, kakaknya tersebut digendong lari ke dalam hutan. Di dalam hutan mereka
bertemu dengan ibu mereka yang sedang menjalin kasih dengan seekor ular naga.
Lalu marahlah mereka, karena menganggap gara-gara Naga tersebut, si kakak
menjadi seperti itu. Ditantangnya ular naga tersebut berkelahi. Akhirnya sang
kakak yang telah berubah wujud menjadi ular berhasil mengalahkan ular naga
tersebut. Namun sayang ibu mereka pun turut meninggal dalam perkelahian itu.
Kemudian
mereka berjalan sampai ke arah Bukit Lesung. Sesampainya disana, sang kakak
berpikiran dia harus masuk ke perut bumi, sebab dia telah menjadi Naga, yaitu
Naga Gombang. Supaya adiknya tidak kaget, dia lalu menyuruh adiknya mengambil
air dengan keranjang. Tujuannya agar ketika dia masuk ke perut bumi, adiknya
tidak melihat dan kaget.
Ketika
adiknya sibuk mengambil air dengan keranjang tersebut, sang kakak masuk ke
dalam kawah gunung. Saat adiknya kembali dari mengambil air, sang kakak telah
berada di perut bumi. Sang kakak berkata, jangan kau tangisi, kakakmu memang
sudah takdirnya berada di dibawah (perut bumi). Sesampainya dibawah, sang kakak
yang telah menjadi ular Naga tersebut melingkar, seperti posisi ular sedang
tidur.
Konon katanya,
kalau sang kakak gelisah ingin tau kabar adiknya di atas, dia akan bergerak,
yang mengakibatkan bumi menjadi bergoyang. Karena itulah ketika terjadi gempa,
masyarakat Bali akan berteriak “idup, idup” sambil membunyikan kentongan, untuk
memberitahu sang kakak bahwa adiknya masih hidup di atas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar