Jumat, 23 Desember 2011

Menyingkap Tabir si Kupu-Kupu Malam


Malam tak selamanya hitam. Terkadang malam memiliki warna yang bervariasi bagi para pecinta dunia malam. Dunia malam memang penuh dengan hiburan dan sensasinya. Sebuah tempat di sepanjang jalan raya Singaraja – Seririt  merupakan tempat labuhan pria – pria yang membutuhkan sentuhan tangan lembut si kupu-kupu malam dan kepuasan mata menikmati goyangan para penarinya.
Desa Kalibukbuk, sebuah desa yang terkenal dengan tempat hiburan yang menyediakan keramahan wanita-wanita pemuas nafsu pria hidung belang yang kesepian. Sebuah tempat di sebelah utara jalan raya, berada di tengah pemukiman warga, dan tidak jauh dari keramaian jalan raya. Keberadaan tampat hiburan ini sangat mudah untuk dijangkau, cukup dengan melihat sebuah plang yang berbentuk tutup minuman bir yang berwarna putih ditengahnya bertuliskan Pasha Bar.
Sebuah Bar yang penuh dengan menu-menu hiburan. Disetiap ruas jalan bahkan disetiap satu meter jalan terdapat sebuah kafe atau bar yang menyediakan menu yang spesial. Tidak sedikit warung-warung yang beroprasi menyediakan menu plus-plus untuk pengunjung.Salah satu tempat yang paling favorit di Pasha Bar adalah tempat yang terletak di pojok Bar yang biasanya gelap. Tempat ini biasanya received (dipesan) terlebh dahulu oleh pengunjung yang ingin menikmati layanan plus-plus.
Ruang yang biasanya disebut ruang eksekusi ini, terdapat sofa-sofa yang dipakai para lelaki hidung belang dan wanita penggoda menikmati keheningan malam sampai pagi menjelang.Tempat ini cukup tersembunyi, karena selain terletak di pojok,  jalan menuju ke sana juga lumayan gelap. Tempat ini  merupakan salah satu dari sekian banyak ruang yang menyediakan jasa hiburan plus-plus. Sebuah Bar yang dioprasikan oleh seorang warga Desa Kalibukbuk yang sekaligus menjadi Bos dari wanita yang bekerja di Bar tersebut.
Kerlipan lampu dan dendangan lagu dangdut koplo menghiasi Bar ini. Deretan kamar tempat pelampiasan nafsu pria hidung belang tepat berada di depan meja pengunjung, seakan menyuruh pengunjung untuk memasukinya. Terdapat kurang lebih empat kamar di bar ini. Kamar yang menjadi saksi bisu keganasan pria hidung belang dan desah kenikmatan kupu-kupu malam. Di pojok bar terdapat tumpukan minuman. Minuman-minuman ini tersusun rapi berdasarkan besar kecilnya botol minuman tersebut.
  Pasha Bar ini dijaga oleh kurang lebih sepuluh sampai lima belas  orang wanita penggoda dan penari striptis.Mereka mengenakan pakain yang sangat seksi. Salah satu wanita penggoda yang menawarkan jasa plus-plus yang beroprasi malam itu adalah sebut saja Lina. Lina, seorang wanita yang berasal dari Jawa Timur yaitu Suramadu. Wanita yang sudah berumur 25 tahun ini menjatuhkan pilihannya sebagai wanita penggoda karena dirinya merasa kesepian dan ingin mendapatkan sebuah kenikmatan sesaat dari pengunjung meskipun keadaan ekonomi Lina cukup mapan.
Sebelumnya wanita yang berparas cantik, hitam manis, rambut sebahu, berbodi montok, mempunyai payudara berukuran bra 36B ini memang sudah pernah menikah. Akan tetapi hubungan keluarga yang dijalaninya dengan seorang tentara yang berasal dari Kalimantan tidak berjalan dengan mulus. Tempat bekerja suami yang berpindah-pindah merupakan salah satu faktor yang menyebabkan hubungan keluarganya menjadi retak. Sempat suatu ketika,  Lina hamil, tetapi nasib belum berpihak kepada Lina. Bayi yang dikandungnya ternyata mengalami keguguran. Sejak itulah Lina memutuskan untuk bekerja sebagai wanita penari striptis sekaligus pemuas nafsu sesaat para lelaki bejat. Suaminya yang kini bertugas di Timtim tidak mengetahui pekerjaan yang dilakukan setiap malam oleh istrinya yaitu Lina.
Terkadang Lina berpikir, kenapa saya harus terjerumus ke tempat seperti ini? Pikiran tersebut selalu membayangi Lina disaat bar sepi. Apalagi mendengar lagu yang bersifat memories atau kenangan. Kadang dirinya ingin lari ketika mendengar lagu kenangan itu.
Dalam menjalankan aksinya sebagai wanita penghibur, Lina membatasi tarif sebesar limapuluh ribu rupiah setiap satu kali keluar sperma. “Limapuluh seket getah nangka” merupakan istilah yang dipakai oleh Lina untuk menunjukan besar tarifnya. Itu untuk tarif di dalam bar. Tidak jarang Lina dipanggil oleh pria hidung belang untuk menghiburnya. Berbeda dengan tarif di bar tersebut, Lina memasang tarif sebesar empat ratus ribu rupiah untuk sekali panggilan. Lina dalam melaksanakan kesehariannya tidak memilih pengunjung yang masih muda ataupun tua. Menurutnya “Tua dan muda sama saja yang terpenting mereka membawa uang. Kalau pengunjung muda biasanya banyak tingkah sedangkan pengunjung tua tidak terlalu bertingkah.”, ujarnya.
Malam itu, terdapat cukup banyak pengunjung yang datang ke Bar tersebut. Semakin malam suasan semakin mencekam. Dentuman music yang semakin keras dan goyangan penarinya menambah suasana maksiat di bar ini. Salah satu dari pengunjung mereka adalah beli Nyoman. Beli Nyoman mengatakan bahwa ketika dirinya berada di Pasaha Bar, dia mendapat suatu knikmatan tersendiri dalam dirinya. Dia bisa menikmati goyangan para penari sekaligus mendapat sentuhan dari wanita penggoda.
Selain menyediakan kupu-kupu malam, di Pasha Bar juga menyediakan para penari striptis. Penari yang memperlihatkan kemolekan bagian tubuhnya. Kemolekan tubuh yang dapat dinikmati para pria hidung belang yang datang ke Bar Pasha.”Sabtu ini, akan ada party,yah pasti rame ucap salah seorang penari yang bahkan masih duduk di bangku SMP yang tidak mau disebutkan namanya itu. Party yang dimaksudnya adalah akan terdapat kurang lebih lima penari yang akan menghibur di atas panggung tanpa memakai sehelai balutan kain pun.  
Memang, image bar/kafe jaman dulu dengan jaman sekarang berbeda 180 derajat. Dahulu bar atau kafe hanyalah tempat untuk nongkrong, berkumpul, menunjukan kegagahan, kekayaan kepada wanita penjaga bar untuk mendapatkan sebuah pujian. Akan tetapi sekarang kafe atau bar merupakan tempat pemuasan nafsu para lelaki hidung belang.

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar