Malam tak selamanya hitam. Terkadang malam memiliki warna yang bervariasi
bagi para pecinta dunia malam. Dunia malam memang penuh dengan hiburan dan
sensasinya. Sebuah tempat di sepanjang jalan raya Singaraja – Seririt merupakan tempat labuhan pria – pria yang
membutuhkan sentuhan tangan lembut si kupu-kupu malam dan kepuasan mata
menikmati goyangan para penarinya.
Desa Kalibukbuk, sebuah desa yang terkenal dengan tempat hiburan yang
menyediakan keramahan wanita-wanita pemuas nafsu pria hidung belang yang
kesepian. Sebuah tempat di sebelah utara jalan raya, berada di tengah pemukiman
warga, dan tidak jauh dari keramaian jalan raya. Keberadaan tampat hiburan ini
sangat mudah untuk dijangkau, cukup dengan melihat sebuah plang yang berbentuk
tutup minuman bir yang berwarna putih ditengahnya bertuliskan Pasha Bar.
Sebuah Bar yang penuh dengan menu-menu hiburan. Disetiap ruas jalan
bahkan disetiap satu meter jalan terdapat sebuah kafe atau bar yang menyediakan
menu yang spesial. Tidak sedikit warung-warung yang beroprasi menyediakan menu
plus-plus untuk pengunjung.Salah satu tempat yang paling favorit di Pasha Bar
adalah tempat yang terletak di pojok Bar yang biasanya gelap. Tempat ini
biasanya received (dipesan) terlebh
dahulu oleh pengunjung yang ingin menikmati layanan plus-plus.
Ruang
yang biasanya disebut ruang eksekusi ini, terdapat sofa-sofa yang dipakai para
lelaki hidung belang dan wanita penggoda menikmati keheningan malam sampai pagi
menjelang.Tempat ini cukup tersembunyi, karena selain terletak di pojok, jalan menuju ke sana juga lumayan gelap.
Tempat ini merupakan salah satu dari
sekian banyak ruang yang menyediakan jasa hiburan plus-plus. Sebuah Bar yang
dioprasikan oleh seorang warga Desa Kalibukbuk yang sekaligus menjadi Bos dari
wanita yang bekerja di Bar tersebut.
Kerlipan lampu dan dendangan lagu dangdut koplo menghiasi Bar ini.
Deretan kamar tempat pelampiasan nafsu pria hidung belang tepat berada di depan
meja pengunjung, seakan menyuruh pengunjung untuk memasukinya. Terdapat kurang
lebih empat kamar di bar ini. Kamar yang menjadi saksi bisu keganasan pria
hidung belang dan desah kenikmatan kupu-kupu malam. Di pojok bar terdapat
tumpukan minuman. Minuman-minuman ini tersusun rapi berdasarkan besar kecilnya
botol minuman tersebut.
Pasha Bar ini dijaga oleh kurang
lebih sepuluh sampai lima belas orang wanita
penggoda dan penari striptis.Mereka mengenakan pakain yang sangat seksi. Salah
satu wanita penggoda yang menawarkan jasa plus-plus yang beroprasi malam itu
adalah sebut saja Lina. Lina, seorang wanita yang berasal dari Jawa Timur yaitu
Suramadu. Wanita yang sudah berumur 25 tahun ini menjatuhkan pilihannya sebagai
wanita penggoda karena dirinya merasa kesepian dan ingin mendapatkan sebuah
kenikmatan sesaat dari pengunjung meskipun keadaan ekonomi Lina cukup mapan.
Sebelumnya wanita yang berparas cantik, hitam manis, rambut sebahu,
berbodi montok, mempunyai payudara berukuran bra 36B ini memang sudah pernah
menikah. Akan tetapi hubungan keluarga yang dijalaninya dengan seorang tentara
yang berasal dari Kalimantan tidak berjalan dengan mulus. Tempat bekerja suami
yang berpindah-pindah merupakan salah satu faktor yang menyebabkan hubungan
keluarganya menjadi retak. Sempat suatu ketika,
Lina hamil, tetapi nasib belum berpihak kepada Lina. Bayi yang
dikandungnya ternyata mengalami keguguran. Sejak itulah Lina memutuskan untuk
bekerja sebagai wanita penari striptis sekaligus pemuas nafsu sesaat para
lelaki bejat. Suaminya yang kini bertugas di Timtim tidak mengetahui pekerjaan
yang dilakukan setiap malam oleh istrinya yaitu Lina.
Terkadang Lina berpikir, kenapa saya harus terjerumus ke tempat seperti
ini? Pikiran tersebut selalu membayangi Lina disaat bar sepi. Apalagi mendengar
lagu yang bersifat memories atau kenangan. Kadang dirinya ingin lari ketika
mendengar lagu kenangan itu.
Dalam menjalankan aksinya sebagai wanita penghibur, Lina membatasi tarif
sebesar limapuluh ribu rupiah setiap satu kali keluar sperma. “Limapuluh seket
getah nangka” merupakan istilah yang dipakai oleh Lina untuk menunjukan besar
tarifnya. Itu untuk tarif di dalam bar. Tidak jarang Lina dipanggil oleh pria
hidung belang untuk menghiburnya. Berbeda dengan tarif di bar tersebut, Lina
memasang tarif sebesar empat ratus ribu rupiah untuk sekali panggilan. Lina
dalam melaksanakan kesehariannya tidak memilih pengunjung yang masih muda
ataupun tua. Menurutnya “Tua dan muda sama saja yang terpenting mereka membawa
uang. Kalau pengunjung muda biasanya banyak tingkah sedangkan pengunjung tua
tidak terlalu bertingkah.”, ujarnya.
Malam itu, terdapat cukup banyak pengunjung yang datang ke Bar tersebut.
Semakin malam suasan semakin mencekam. Dentuman music yang semakin keras dan
goyangan penarinya menambah suasana maksiat di bar ini. Salah satu dari
pengunjung mereka adalah beli Nyoman. Beli Nyoman mengatakan bahwa ketika
dirinya berada di Pasaha Bar, dia mendapat suatu knikmatan tersendiri dalam
dirinya. Dia bisa menikmati goyangan para penari sekaligus mendapat sentuhan
dari wanita penggoda.
Selain menyediakan kupu-kupu malam, di Pasha Bar juga menyediakan para
penari striptis. Penari yang memperlihatkan kemolekan bagian tubuhnya.
Kemolekan tubuh yang dapat dinikmati para pria hidung belang yang datang ke Bar
Pasha.”Sabtu ini, akan ada party,yah
pasti rame” ucap salah seorang penari
yang bahkan masih duduk di bangku SMP yang tidak mau disebutkan namanya itu.
Party yang dimaksudnya adalah akan terdapat kurang lebih lima penari yang akan
menghibur di atas panggung tanpa memakai sehelai balutan kain pun.
Memang, image bar/kafe jaman dulu dengan jaman sekarang berbeda 180
derajat. Dahulu bar atau kafe hanyalah tempat untuk nongkrong, berkumpul,
menunjukan kegagahan, kekayaan kepada wanita penjaga bar untuk mendapatkan
sebuah pujian. Akan tetapi sekarang kafe atau bar merupakan tempat pemuasan
nafsu para lelaki hidung belang.