Jumat, 23 Desember 2011

Menyingkap Tabir si Kupu-Kupu Malam


Malam tak selamanya hitam. Terkadang malam memiliki warna yang bervariasi bagi para pecinta dunia malam. Dunia malam memang penuh dengan hiburan dan sensasinya. Sebuah tempat di sepanjang jalan raya Singaraja – Seririt  merupakan tempat labuhan pria – pria yang membutuhkan sentuhan tangan lembut si kupu-kupu malam dan kepuasan mata menikmati goyangan para penarinya.
Desa Kalibukbuk, sebuah desa yang terkenal dengan tempat hiburan yang menyediakan keramahan wanita-wanita pemuas nafsu pria hidung belang yang kesepian. Sebuah tempat di sebelah utara jalan raya, berada di tengah pemukiman warga, dan tidak jauh dari keramaian jalan raya. Keberadaan tampat hiburan ini sangat mudah untuk dijangkau, cukup dengan melihat sebuah plang yang berbentuk tutup minuman bir yang berwarna putih ditengahnya bertuliskan Pasha Bar.
Sebuah Bar yang penuh dengan menu-menu hiburan. Disetiap ruas jalan bahkan disetiap satu meter jalan terdapat sebuah kafe atau bar yang menyediakan menu yang spesial. Tidak sedikit warung-warung yang beroprasi menyediakan menu plus-plus untuk pengunjung.Salah satu tempat yang paling favorit di Pasha Bar adalah tempat yang terletak di pojok Bar yang biasanya gelap. Tempat ini biasanya received (dipesan) terlebh dahulu oleh pengunjung yang ingin menikmati layanan plus-plus.
Ruang yang biasanya disebut ruang eksekusi ini, terdapat sofa-sofa yang dipakai para lelaki hidung belang dan wanita penggoda menikmati keheningan malam sampai pagi menjelang.Tempat ini cukup tersembunyi, karena selain terletak di pojok,  jalan menuju ke sana juga lumayan gelap. Tempat ini  merupakan salah satu dari sekian banyak ruang yang menyediakan jasa hiburan plus-plus. Sebuah Bar yang dioprasikan oleh seorang warga Desa Kalibukbuk yang sekaligus menjadi Bos dari wanita yang bekerja di Bar tersebut.
Kerlipan lampu dan dendangan lagu dangdut koplo menghiasi Bar ini. Deretan kamar tempat pelampiasan nafsu pria hidung belang tepat berada di depan meja pengunjung, seakan menyuruh pengunjung untuk memasukinya. Terdapat kurang lebih empat kamar di bar ini. Kamar yang menjadi saksi bisu keganasan pria hidung belang dan desah kenikmatan kupu-kupu malam. Di pojok bar terdapat tumpukan minuman. Minuman-minuman ini tersusun rapi berdasarkan besar kecilnya botol minuman tersebut.
  Pasha Bar ini dijaga oleh kurang lebih sepuluh sampai lima belas  orang wanita penggoda dan penari striptis.Mereka mengenakan pakain yang sangat seksi. Salah satu wanita penggoda yang menawarkan jasa plus-plus yang beroprasi malam itu adalah sebut saja Lina. Lina, seorang wanita yang berasal dari Jawa Timur yaitu Suramadu. Wanita yang sudah berumur 25 tahun ini menjatuhkan pilihannya sebagai wanita penggoda karena dirinya merasa kesepian dan ingin mendapatkan sebuah kenikmatan sesaat dari pengunjung meskipun keadaan ekonomi Lina cukup mapan.
Sebelumnya wanita yang berparas cantik, hitam manis, rambut sebahu, berbodi montok, mempunyai payudara berukuran bra 36B ini memang sudah pernah menikah. Akan tetapi hubungan keluarga yang dijalaninya dengan seorang tentara yang berasal dari Kalimantan tidak berjalan dengan mulus. Tempat bekerja suami yang berpindah-pindah merupakan salah satu faktor yang menyebabkan hubungan keluarganya menjadi retak. Sempat suatu ketika,  Lina hamil, tetapi nasib belum berpihak kepada Lina. Bayi yang dikandungnya ternyata mengalami keguguran. Sejak itulah Lina memutuskan untuk bekerja sebagai wanita penari striptis sekaligus pemuas nafsu sesaat para lelaki bejat. Suaminya yang kini bertugas di Timtim tidak mengetahui pekerjaan yang dilakukan setiap malam oleh istrinya yaitu Lina.
Terkadang Lina berpikir, kenapa saya harus terjerumus ke tempat seperti ini? Pikiran tersebut selalu membayangi Lina disaat bar sepi. Apalagi mendengar lagu yang bersifat memories atau kenangan. Kadang dirinya ingin lari ketika mendengar lagu kenangan itu.
Dalam menjalankan aksinya sebagai wanita penghibur, Lina membatasi tarif sebesar limapuluh ribu rupiah setiap satu kali keluar sperma. “Limapuluh seket getah nangka” merupakan istilah yang dipakai oleh Lina untuk menunjukan besar tarifnya. Itu untuk tarif di dalam bar. Tidak jarang Lina dipanggil oleh pria hidung belang untuk menghiburnya. Berbeda dengan tarif di bar tersebut, Lina memasang tarif sebesar empat ratus ribu rupiah untuk sekali panggilan. Lina dalam melaksanakan kesehariannya tidak memilih pengunjung yang masih muda ataupun tua. Menurutnya “Tua dan muda sama saja yang terpenting mereka membawa uang. Kalau pengunjung muda biasanya banyak tingkah sedangkan pengunjung tua tidak terlalu bertingkah.”, ujarnya.
Malam itu, terdapat cukup banyak pengunjung yang datang ke Bar tersebut. Semakin malam suasan semakin mencekam. Dentuman music yang semakin keras dan goyangan penarinya menambah suasana maksiat di bar ini. Salah satu dari pengunjung mereka adalah beli Nyoman. Beli Nyoman mengatakan bahwa ketika dirinya berada di Pasaha Bar, dia mendapat suatu knikmatan tersendiri dalam dirinya. Dia bisa menikmati goyangan para penari sekaligus mendapat sentuhan dari wanita penggoda.
Selain menyediakan kupu-kupu malam, di Pasha Bar juga menyediakan para penari striptis. Penari yang memperlihatkan kemolekan bagian tubuhnya. Kemolekan tubuh yang dapat dinikmati para pria hidung belang yang datang ke Bar Pasha.”Sabtu ini, akan ada party,yah pasti rame ucap salah seorang penari yang bahkan masih duduk di bangku SMP yang tidak mau disebutkan namanya itu. Party yang dimaksudnya adalah akan terdapat kurang lebih lima penari yang akan menghibur di atas panggung tanpa memakai sehelai balutan kain pun.  
Memang, image bar/kafe jaman dulu dengan jaman sekarang berbeda 180 derajat. Dahulu bar atau kafe hanyalah tempat untuk nongkrong, berkumpul, menunjukan kegagahan, kekayaan kepada wanita penjaga bar untuk mendapatkan sebuah pujian. Akan tetapi sekarang kafe atau bar merupakan tempat pemuasan nafsu para lelaki hidung belang.

















CAHAYA BULAN


Perlahan sangat kelam
Hingga terang kan menjelang
Cahaya kota kelam
Mesra menyambut sang petang
Disini ku berdiskusi dengan alam yang lirih
Kenapa matahari terbit menghangatkan bumi
Aku orang malang yang membicarakan terang
Aku orang jalang yang menentang kemenangan oleh pedang

Perlahan sangat malam
Hingga terang kan menjelang
Cahaya hari besar mencuat runtuhkan bahaya
Disini ku berdiskusi dengan alam yang lirih
Kenapa indah pelangi tak berujung sampai di bumi
Aku orang malang yang membicarakan terang
Aku orang terang yanaag menentang kemenangan oleh pedang

Cahaya bulan menusukku
Dengan ribuan pertanyaan
Yang tak kan Pernah ku tau
Dimana jawaban itu
Bagai letusan merapi
Bangunkan ku dari mimpi
Sudah waktunya berdiri
Mencari jawaban kegelisahan hati

KORUPSI YANG MEMBUDAYA,INDONESIA SEMAKIN MISKIN


Kasus Century yang melibatkan beberapa pejabat tinggi negara seperti wakil presiden Boediono dan Menteri Keuangan Sri Mulyani sempat mencengangkan publik. Sampai akhirnya seluk beluk kecarut-marutan Century diputuskan Pansus DPR RI mengandung beberapa penyelewengan. Sehingga Sri Mulyani mengundurkan diri dari jabatan menteri keuangan dengan dalih menerima posisi ’cantik’ di Bank Dunia dan berkantor di New York awal Juli 2010. Selain kasus Century yang melibatkan para pejabat tinggi di negara kita, kabar Gayus si mafia pajak yang sedang berwisata ke Bali, juga menjadi topik hangat yang sedang diperguncingkan. Ketika itu Gayus sedang menonton pertandingan Tenis, padahal Gayus saat itu sudah berstatus sebagai  tersangka dan tahanan dalam kasus penggelapan pajak. Kejadian ini menghasilkan ketidakpercayaan pada lembaga penegak hukum negara. Maka, foto mirip Gayus dengan kacamata dan rambut palsu hasil jepretan wartawan Kompas pun ramai berseliweran di beberapa media cetak dan elektronik. Kemudian, kasus Gayus ini semakin diperdebatkan oleh para pengamat tentang lembaga negara yang berwenang memeriksanya, antara kejaksaan yang menganggap kasus ini adalah tindak pidana umum dengan KPK yang berkesimpulan bahwa kasus Gayus ini jelas kasus penyuapan dan korupsi, maka bursa penggantian Kepala Kejagung, kapolri dan Ketua KPK pula ikut menjadi berita utama dengan agenda kerja pertama yaitu mengusut kasus Gayus. Belum berhenti sampai di situ, kasus korupsi yang cukup melibatkan banyak pihak lagi yaitu kasus suap Wisma Atlet di Palembang, yang tokoh utamanya bendahara Partai Demokrat yaitu Nazarudin.Walaupun Nazarudin telah ditangkap, namun sampai sekarang penanganan kasusnya mssih terjadi tarik ulur yang sangat panjang. Menurut pandangan saya,  banyaknya kasus-kasus korupsi yang menggerogoti negara kita,menandakan bahwa pemerintah khususnya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) masih setengah hati dalam menangani kasus-kasus korupsi yang terjadi.
Hal ini juga akan berdampak terhadap negara Indonesia secara umum. Indonesia yang kita kenal sebagai negara yang kaya, karena SDA (Sumber Daya Alam) yang melimpah ruah dari sabang sampai merauke, namun sampai saat ini belum menunjukkan sebagai negara yang maju. Dalam berbagai sektor kita masih kalah jauh dari negara-negara lain, bahkan dengan negara tetangga kita di Asia Tenggara sekalipun seperti, Sinagapura, Malaysia, Thailand, dll. Hal ini isungguh memprihatinkan bagi kita sebagai masyarakat Indonesia. Salah satu faktor utama yang menyebabkan adalah kasus korupsi. Menurut pandangan saya, korupsilah yang menyebabkan negara kita tidak akan bisa berkembang, bahkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja, masyarkat kita masih sangat sulit. Para tikus yang kelaparan telah menggerogoti sendi-sendi negra kita, sehingga hal tersebut akan berdampak sangat buruk terhadap masyarakat secara umum. Para pejabat di pemerintahan yang seharusnya mengayomi dan memberikan kesejahteraan bagi rakyat, sebaliknya malah menjad rayap yang rakus akan materi. Dalam pemilu para calon pejabat sangat lihai dalam menarik simpati rakyat untuk memilihnya. Berbagai macam iming-iming yang semuanya berisi tentang kemajuan dan kesejahteraan rakyat disuarakan. Sempat terpancar harapan dari rakyat dengan janji-janji kampanye para calon wakil rakyat itu, namun semuanya hanya harapan palsu. Banyak sekali kasus korupsi yang merajalela di Indonesia. Sampai-sampai Indonesia menduduki peringkat ke tiga di Asia sebagai negara terkorup. Indonesi memang sering berada pada peringkat atas, dalam hal-hal yang buruk. Tapi kapan Indonesia mendapat predikat teratas dalam hal yang membanggakan ?. Kita sebagai warga negara Indonesia sangat mendambakan Indonesia bisa lepas dari kecarut-marutan yang terjadi saat ini. Korupsi malah sudah membudaya menurut pandangan saya. Korupsi sudah menjadi hal yang biasa dilakukan. Dari birokrasi yang paling kecil sampai yang paling besar. Hal ini akan berdampak bagi negara Indonesia, dan secara tidak langsung akan berdampak juga bagi rakyat Indonesia. Negara semakin miskin, otomatis akan berdampak bagi rakyat yang semakin melarat dalam memperjuangkan hidupnya.    

PRO-KONTRA UJIAN NASIONAL


Pro-kontra tentang penyelenggaraan Ujian Nasional (UN) telah lama terdengar. Bahkan setiap tahun menjelang pelaksaan UN suara sumbang itu selalu menghiasi pemberitaan media massa. Suara-suara sumbang itu tidak hanya terjadi sejak UN diberlakukan, tetapi telah juga disuarakan oleh berbagai pihak sejak zaman Ebtanas dengan system NEM diberlakukan. Apa artinya ini? Isu pendidikan nasional yang paling rnutakhir muncul adalah berkenaan dengan pelaksanaan Ujian Nasional yang cukup rnenghebohkan dan menimbulkan reaksi pro dan kontra dari berbagai kalangan. Mengenai hal tersebut, menurut pandangan saya,pelaksanaan UN perlu pertimbangan yang lebih matang. Banyak permasalahan-permasalahan yang muncul karena pelaksanaan UN tetap dipaksakan. Hal ini terbukti dengan mencuatnya gejala-gejala kekurangpercayaan masyarakat terhadap ujian nasional, seperti kebocoran soal ujian, kecurigaan dalam penyelengaraan, berkembangnya polemik antara tuntutan ujian ulangan bagi yang tidak lulus, adanya tim suskses, penghapusan ujian nasional, dan sebagainya yang terus bergema. Dengan kata lain,saya kurang setuju dengan pelaksanaan UN jika system yang diberlakukan belum diperbaiki.
 Pemerintah tetap ngotot tanpa menghiraukan desakan masyarakat, para pakar, lembaga swadaya masyarakat, dan organisasi masyarakat. Sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi apabila penyelenggaraan ujian nasional itu berada dalam koridor perundang-undangan dan paradigma konsep-konsep pendidikan. Ujian nasional telah keluar dari koridor paradigma pendidikan dan malah bertentangan dengan Undangu-Undang Dasar. Alasan klasik yang disarnpaikan oleh pemerintah adalah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional demi peningkatan mutu sumber daya manusia. Siapapun pasti bakal setuju akan niat tersebut, namun tepatkah ujian nasional dilaksanakan sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan, serta memotivasi pendidik dan peserta didik dalam kondisi pendidikan yang sangat beragarn di seluruh tanah air?, dalam kondisi sarana pendidikan sangat kurang?, dalam kondisi anggaran yang moratmarit, dalam kondisi masyarakat sebagian besar kurang mampu. Dalam kondisi bangunan sekolah rusak berat, dalam kondisi guru dan tenaga kependidikan lainnya sangat kurang jumlahnya, kurang bermutu dan kurang sejahtera. Kita sernua setuju bahwa diperlukan upaya untuk menata pemetaan mutu pendidikan nasional seluruh kawasan Indonesia. Namun dengan alat apa, dengan dasar apa, dan manajemen yang bagaimana, semua harus sesuai. dengan kaidah paradigma pendidikan dan peraturan yang telal digariskan. Menurut pendapat saya,  pelaksanaan UN yang menyeragamkan standar mutu untuk semua sekolah dari Sabang sampai Meraoke tidaklah tepat. Ukuran Jakarta tidak bisa dipakai untuk ukuran Papua atau Maluku, misalnya karena potensi geografis, potensi cultural, potensi Sumber Daya Manusia, serta kelengkapan sarana dan prasarana berbeda. Oleh karena itu, mengenakan ukuran baju Jakarta untuk provensi lain dinilai kurang tepat, karena setiap daerah memiliki ukuran dan corak bajunya tersendiri, yang justru di situlah letak kekuatannya.
            Pemerintah memberikan peluang bagi siswa peserta UN yang tidak lulus UN utama, disediakan waktu untuk mengikuti ujian ulangan. Dalam bahasa guru, ini diidentikkan dengan remidi untuk UN. Hanya remidi ini kurang jelas arahnya. Karena secara logika, siswa yang telah menyelesaiakan program semestinya langsung lulus, sebagaimana juga mahasiswa pada era 80-an, walaupun mata mata kuliahnya sudah habis, bisa tidak lulus gara-gara ujian komprehensiff yang hanya 2 SKS menjadi mesin pembunuh. Gelar sarjana yang sudah di depann mata, pupus karena tidak lulus ujian komprehensif. Ini adalah kecelakaan di depan pintu surga.
            Dalam hal ini kita tidak bisa menyalahkan satu pihak manapun, baik pada diri siswa, guru, sekolah maupun pemerintah. Saya akan tetap menolak diadakannya UN, jika sistem yang diterapkan pemerintah masih belum diperbaiki ke arah yang lebih baik.  Adalah hak pemerintah untuk menyatakan bahwa Ujian Nasional dimaksudkan sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional, akan tetapi menurut pandangan saya, hal yang lebih penting dan harus mendapatkan prioritas adalah pembenahan hal-hal yang menjadi soko guru pendidikan nasional, seperti memenuhi anggaran sebagairnana diamanatkan oleh Undang-undang Dasar, melengkapi sarana pendidikan, rnenyediakan sumber belajar. Membenahi guru dan tenaga kependidikan lainnya juga perlu diperhatikan, guru lebih mempersiapkan diri untuk memberikan pengajaran kepada peserta didik, dan peserta didik itu sendiri sadar akan tuntutan era globalisasi yang semakin menyatu dengan sosial budaya kita. 

Resistensi Hegemoni Laki-Laki dan Kedudukan Perempuan-Perempuan BALI dalam Novel


Sastra adalah karya sastra imajinatif bermedia yang nilai estetikanya bernilai dominan. Melalui karya sastra seorang pengarang bermaksud menyampaikan informasi, gambaran atau pesan tertentu kepada pembaca. Sesuatu yang disampaikan itu biasanya merupakan gagasan tentang kehidupan yang ada di sekitar pengarang.
            Kehidupan manusia tersebut diungkapkan lengkap dengan nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Oleh karena itu, karya sastra dapat menambah kekayaan batin setiap hidup dan kehidupan ini. Novel sebagai suatu cerita prosa yang fiktif, yang melukiskan para tokoh, gerak serta dengan adegan nyata representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang kacau atau kusut menjadi salah satu buah karya pengarang untuk mengungkapkan sosio-kultural masyarakat tertentu. Umumnya pada novel terdapat nilai-nilai budaya sosial, moral, dan pendidikan yang akan memotivasi pembaca. Perpaduan tersebut mampu mewakili pengarang dalam mentuangkan hasil karyanaya dalam novel. Beberapa novel karangan Panji Tisna, Putu Wijaya, dan Oka Rusmini mencatat dan merepresentasikan tidak bergesernya nasib perempuan di tengah hegemoni laki-laki, sebagaimana terefleksi  dalam novel Sukreni Gadis Bali, Tarian Bumi, Kenanga,dan Putri I,II. Keadaan perempuan Bali dalam novel tersebut sangat memprihatinkan. Perempuan -perempuan Bali mengalami tindak kekerasan,dianiaya,penjinakan, dan tersiksa baik lahir maupun batinnya. Namun sebenarnya, perjuangan perempuan Bali untuk menyetarakan gender telah dilakukan sejak dulu dengan adanya gerakan Poetri Sadar yang diungkapkan dalam makalah bapak Gede Artawan. Para aktivis perempuan telah berjuang untuk mengangkat harkat dan martabat perempuan di tengah-tengah hegemoni laki-laki yang menganggap remeh perempuan. Namun sampai saat ini belum ada patokan  yang dapat diterima  oleh semua pihak tentang kesetraan gender tersebut.
  Semua karya sastra termasuk novel merupakan sesuatu totalitas yang memiliki tradisi. Tradisi yang dipandang sebagai warisan masa lalu, akan menjadi batu pijakan dan warisan sosial yang digunakan dalam era modernisasi. Dalam rentangan tradisi masa lalu dan masa sekarang terdapat suatu garis lurus. Pencerminan dan realisasi antara masa lalu dan sekarang, terekam dalam novel-novel. Pengarang berusaha menyembunyikan sosok-sosok perempuan yang berinteraksi di dalamnya. Banyak hal yang digali dalam novel-novel tersebut, mulai dari kegiatan upacara, masih adanya penajaman posisi panjak dan ratu, konflik kasta, sampai pada persoalan kultur yang tidak pernah ada jalan keluarnya sehingga memfosil menghambat pemikiran rasional dan pragmatis. Resistensi yang ditampilkan pengarang melalui tokoh-tokoh perempuannya banyak digambarkan, melalui tindak kekerasan baik secara rohani maupun jasmani. Salah satunya pemerkosaan terhadap Sukreni oleh Made Tusan merupakan sebagian bentuk tindakan hegemoni ptriarki laki-laki. Selain itu, juga terdapat dalam novel Oka Rusmini yang menggambarkan tokoh  Luh Intan,Kerta, dan Luh Kerti merupakan hasil dari hubungan seksual di luar lembaga perkawinan, dan masih banyak lagi tindakan tidak manusiawi laki-laki terhadap perempuan yang digambarkan dalam novel.
            Para pengarang novel dan sastrawan sebenarnya telah berusha untuk membentuk suatu konsep dalam dirinya.  Konsep yang menekankan akan adanya suatu kesejajaran gender dalam kehidupan bermasyarakat. Banyak hal yang dapat dilakukan oleh para pemerhati sastra dan perempuan pada khususnya. Seperti yang dilakukan salah satu sastrawan yang juga berprofesi sebagai dosen, Bapak Artawan. Beliau merumuskan suatu permaslahan mengenai perempuan yang dituangkan dalam seminar yang diadakan di Bentara Budaya. Makalah yang dibuat beliau, sangat relevan dan sesuai dengan kondisi sosial masyarakat kita. Hal-hal semacam ini sangat baik dan patut untuk dipertahankan di tengah-tengah ketimpangan yang terjadi di masyarakat. Sudah sepatutnya, kita sebagai generasi muda mulai berfikir kritis dan selalu berkarya untuk menghasilkan ide-ide yang cemerlang dalam peningkatan di berbagai aspek kehidupan.     
Ada beberapa hal yang mungkin menyebabkan kurang sempurnanya suatu pandangan pengarang ahli sastra. Tentu para ahli sastra memiliki alasan tersendiri dalam menuangkan gagasan tentang novel sehingga tidak menutup kemungkinan muncul banyak pandangan mengenai novel. Dalam hal ini perlu adanya perpaduan antara pandangan beberapa pengarang ahli sastra guna menelurkan pandangan yang tepat  mengenai novel.

Perayaan HUT Kemerdekaan RI dan Seni


Setiap tanggal 17 Agustus, bangsa Indonesia memperingati hari Kemerdekaan. Peringatan itu setiap tahun selalu disemarakan dengan bumbu-bumbu seni. Seni merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari bangsa Indonesia. Peringatan itu  mempunyai nilai historis yang sangat panjang, di tengah-tengah berbagai rintangan yang dialami bangsa Indonesia. Sudah 66 tahun Indonesia merdeka, namun perubahan yang signifikan belum juga tercapai.
            Menjadi suatu Negara yang merdeka merupakan impian setiap bangsa. Untuk memeroleh kata “Merdeka” tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Seperti yang dialami oleh bangsa Indonesia, sebelum merengkuh ibu pertiwi dalam genggaman bangsa Indonesia, banyak hambatan,tantangan, maupun rintangan yang menghadang. Banyaknya rintangan itu tidak pernah menyurutkan semangat bangsa Indonesia untuk  meraih kemerdekaan republik Indonesia.
            Begitu banyak hal pait yang telah dialami bangasa Indonesia sebelum kata “Merdeka” itu dapat kita genggam seperti sekarang. Datangnya para penjajah di segala penjuru arah, memecahbelahkan Negara kesatuan republic Indonesia. Dengan tipu dayanya, mereka memperdaya, memperbudak warga Negara Indonesia. Kita diperbudak di tanah kelahiran kita sendidri. Kekayaan alam Indonesia yang melimpah ruah, dirampas oleh kompeni-kompeni busuk yang menggerogoti dengan seenaknya. Tidak hanya itu saja, tenaga para penduduk Indonesia pun diperas untuk melancarkan misi-misi mereka. Banyak penduduk Indonesia yang menderita saat itu. Mereka menderita lahir-bathin karena ulah para komunis yang tidak berprikemanusiaan. Namun jika kita lihat di sisi lain, ada juga dampak positif dari ulah para penjajah itu, yakni para penduduk Indonesia setidaknya telah mengenyam pendidikan baik di sekolah-sekolah maupun pendidikan militer. Tujuan utama mereka memberikan pendidikan terhadap rakyat Indonesia, tidak lain dan tidak bukan semata-mata untuk kepentingan kaum penjajah itu sendiri. Tetapi karena kecerdikan warga Negara Indonesia pada saat itu, pendidikan yang diberikan dimanfaatkan untuk menyusun strategi agar nantinya dapat digunakan  dalam usaha melumpuhkan penjajah.
            Politik adu domba dan strategi jitu yang dimiliki oleh kaum penjajah, sangat sullit ditakklukan oleh bangsa Indonesia. Semakin hari keinginan para penjajah untuk menjadikan Indonesia sebagai daerah kekuasaannya terlihat semakin jelas. Dengan semangat kebersaman dan kekeluargaan yang dipegang teguh warga Indonesia, mereka menghimpun kekuatan untuk mempertahankan tanah air tercinta ini. Dengan persenjataan yang masih sangat sederhana, dilandasi  semangat juang pantang menyerah masyarakat Indonesia pun, melakukan perlawanan atas penderitaan yang telah mereka alami selama ini. Meraka berjuang hingga titik darah penghabisan. Meraka rela berkoban jiwa dan raga tanpa memikirkan keselamatan mereka.   Akhirnya kerja keras dan usaha bangsa Indonesia membuahkan hasil yang gemilang, yakni pada tanggal 14 Agustus 1945 kita mendapat pengakuan dari Negara lain sebagai Negara merdeka.
            Sebagai generasi penerus bangsa, sudah sepatutnyalah kita menghormati perjuangan para  pahlawan. Banyak hal yang sebenarnya bisa kita lakukan untuk merealisasikan hal tersebut. Salah satunya dengan mengucapkan syukur melalui peringtan hari besar Kemerdekaan Republik Indonesia. Untuk menyemarakan hari kemerdekaan Republik Indonesia, berbagai macam lomba(lomba makan krupuk,lari karung, panjat pinang, tarik tambang), atraksi-atraksi dan pertunjukkan seni yang diselenggarakan. Yang paling menonjol, yakni diadakannya apel bendera dan lomba gerak jalan yang diikuti oleh berbagai kalangan. Khusunya di Singaraja, peringatan hari kemerdekaan disemarakkan dengan diadakannya pertunjukkan seni. Salah satu pertunjukan seni yang dipelopori oleh Dermaga Seni Buleleng, dilaksanakan sehubungan dengan adanya pameran di lapangan Buana Patra. Para sastrawan dari yang masih muda sampai yang sudah berumur ikut unjuk gigi dalam pesta seni itu. Berbagai macam seni yang ditampilkan seperti teater, musikalisasi puisi dari cemara angin Undiksha, lipsing, dan yang paling menonjol adalah pembacaan puisi. Sorak sorai dan tepuk tangan para penonton ikut memeriahkan acara tersebut.
            Pada hakikatnya seni memang tidak dapat dipisahan dari kehidupan bangsa Indonesia. Sebelum kemerdekaan pun masyarakat Indonesia telah mengenal seni. Sebagai buktinya banyak karya sastra baik berupa puisi, cerpen, pantun yang dibuat oleh para sastrawan jaman dulu, yang biasanya berisi tentang sindiran-sindiran terhadap pemerintah maupun kecaman terhadap para penjajah yang telah menguasi kita kurang lebih setengah abad. Secara umum seni yang berupa karya sastra dapat dipilah-pilah menjadi beberapa bagian, antara lain karya sastra lama dan karya sastra modern. Salah satu bagian dari karya sastra lama adalah puisi. Puisi sebagai karya seni harus dipahami untuk memperoleh maknanya atau mengupas nilai estetiknya. Karena itu diperlukan suatu telaah. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan pencarian nilai estetik yang terkandung, baik yang didasarkan pada visi bahasa maupun visi makna.  Seni sudah membudaya dalam hidup masyarakat Indonesia. Di setiap daerah di Indonesia, memiliki ciri khas seni yang berbeda-beda. Dari pemaparan di atas sangatlah jelas bahwa Peryaan HUT RI memiliki hubungan yang sangat erat dengan pertunjukan seni. Seni menjadi jati diri bangsa Indonesia.

Mitos 2 Naga : Jika terjadi gempa orang Bali akan teriak “idup..idup..."


Dahulu ketika jama kerajaan, ada seorang janda beranak dua, laki-laki dan perempuan. Pada waktu  itu Danau Bratan belum ada. Singkat cerita, sang ibu mempunyai hubungan dengan siluman ular besar, atau  ular Naga yang berdiam di dalam lubung padi di dekat rumahnya. Lama kelamaan sang anak mulai menaruh curiga, kenapa ibunya setiap pulang dari hutan selalu naik ke lumbung.
Pada suatu saat, ketika ibunya pergi ke hutan, dia naik ke lumbung. Di dalam lumbung dilihatnya ada tumpukan telur yang ukurannya lebih besar dari telur ayam. Di tengah tumpukan telur tersebut terdapat sebuah telur aneh. Telur tersebur diambil dan dimasak lalu dimakan oleh anaknya yang laki.
Seketika wujud kakaknya berubah menjadi ular. Karena kuatir akan menimbulkan keributan di dalam kampung, mereka pergi ke hutan mencari ibu mereka. Lalu oleh sang adik, kakaknya tersebut digendong lari ke dalam hutan. Di dalam hutan mereka bertemu dengan ibu mereka yang sedang menjalin kasih dengan seekor ular naga. Lalu marahlah mereka, karena menganggap gara-gara Naga tersebut, si kakak menjadi seperti itu. Ditantangnya ular naga tersebut berkelahi. Akhirnya sang kakak yang telah berubah wujud menjadi ular berhasil mengalahkan ular naga tersebut. Namun sayang ibu mereka pun turut meninggal dalam perkelahian itu.
Kemudian mereka berjalan sampai ke arah Bukit Lesung. Sesampainya disana, sang kakak berpikiran dia harus masuk ke perut bumi, sebab dia telah menjadi Naga, yaitu Naga Gombang. Supaya adiknya tidak kaget, dia lalu menyuruh adiknya mengambil air dengan keranjang. Tujuannya agar ketika dia masuk ke perut bumi, adiknya tidak melihat dan kaget.
Ketika adiknya sibuk mengambil air dengan keranjang tersebut, sang kakak masuk ke dalam kawah gunung. Saat adiknya kembali dari mengambil air, sang kakak telah berada di perut bumi. Sang kakak berkata, jangan kau tangisi, kakakmu memang sudah takdirnya berada di dibawah (perut bumi). Sesampainya dibawah, sang kakak yang telah menjadi ular Naga tersebut melingkar, seperti posisi ular sedang tidur.
Konon katanya, kalau sang kakak gelisah ingin tau kabar adiknya di atas, dia akan bergerak, yang mengakibatkan bumi menjadi bergoyang. Karena itulah ketika terjadi gempa, masyarakat Bali akan berteriak “idup, idup” sambil membunyikan kentongan, untuk memberitahu sang kakak bahwa adiknya masih hidup di atas.